Sistem Grha adalah konsep keluarga kecil peserta didik di SMK Negeri Bali Mandara yang dilatarbelakangi sebuah pemikiran bahwa perlunya menumbuhkan nilai kekeluargaan dan kebersamaan dalam kehidupan berasrama. Dengan kehidupan berasrama, tentu para peserta didik jauh dari keluarganya di rumah. Agar tetap memiliki keluarga yang bisa diajak berbagi dan bersandar, dibentuklah sistem Grha.
Grha merupakan sebuah sistem pengelompokkan peserta didik di SMK Negeri Bali Mandara dalam 9 keluarga kecil. Kata Grha berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti “rumah”. Pembentukan sistem Grha menjadi sebuah hal yang penting dan fundamental dalam keberlangsungan kehidupan sebuah sekolah yang menerapkan pola kehidupan berasrama. Di dalamnya, diimplementasikan berbagai hal dan upaya untuk menciptakan suasana layaknya sebuah keluarga. Ini sebagai wujud pembentukan replika keluarga bagi para peserta didik, mengingat selama tiga tahun masa pendidikan mereka di SMK Negeri Bali Mandara, mereka akan mengalami fase kehidupan yang menuntut mereka untuk terpisah sementara waktu dengan keluarga masing-masing.
Layaknya sebuah keluarga di rumah, dalam tiap Grha, mereka akan diasuh oleh orang tua asuh yang tidak lain merupakan guru-staf di SMK Negeri Bali Mandara. Para orang tua asuh ini disebut juga dengan istilah Pita (bagi laki-laki, berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti ayah) dan Mata (bagi perempuan, berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti ibu). Di dalam Grha juga diimplementasikan sistem kakak dan adik asuh sehingga tercipta suasana dimana perhatian dan kasih sayang serta pembinaan dan pengayoman bisa dilakukan dengan sebaik mungkin sebagai sesama saudara-saudari dalam sebuah keluarga.
Terdapat 9 Grha yang pembagiannya didasarkan atas filosofi 9 arah mata angin berdasarkan konsep Hindu (Dewata Nawa Sanga), yakni sembilan penguasa di setiap penjuru mata angin. Sembilan penguasa tersebut merupakan Dewa Siwa yang dikelilingi oleh aspek-aspeknya. Lambang setiap Grha disesuaikan dengan simbol dari kendaraan kesembilan Dewa tersebut juga warna dasarnya, berikut maknanya masing-masing yang diharapkan dapat tertanam dengan kuat dalam diri setiap anggota Grha. Kesatuan dari berbagai Grha yang ada akan membentuk sebuah ikatan keluarga besar SMK Negeri Bali Mandara. Kesembilan Grha tersebut adalah:
- Grha Uttara merupakan Grha yang mengambil filosofi dari Dewa Wisnu dengan arah mata angin utara, dengan warna hitam sebagai warna dasarnya, dan mengambil lambang dari kendaraan Dewa Wisnu, yaitu burung Garuda.
- Grha Airsanya merupakan Grha yang mengambil filosofi dari Dewa Sabhu dengan arah mata angin timur laut, warna dasar biru/abu-abu dan berlambangkan Wilmana, yaitu kendaraan dari Dewa Sabhu.
- Grha Ghenya merupakan Grha yang mengambil filosofi dari Dewa Maheswara yang arah mata anginnya adalah tenggara dengan warna dasar dadu/merah muda. Grha Ghenya berlambangkan burung Merak, yaitu kendaraan dari Dewa Maheswara.
- Grha Daksina merupakan Grha yang mengambil filosofi dari Dewa Brahma dengan arah mata anginnya adalah selatan, warna dasar merah, dan berlambangkan burung Angsa, yaitu kendaraan dari Dewa Brahma.
- Grha Nairiti merupakan Grha yang mengambil filosofi dari Dewa Rudra, dengan arah mata angin barat daya, warna jingga sebagai warna dasar, dan memiliki lambang Kerbau sebagai kendaraan dari Dewa Rudra.
- Grha Pascima merupakan Grha yang mengambil filosofi dari Dewa Mahadewa yang arah mata anginnya adalah barat dengan warna dasar kuning yang berlambangkan seekor Naga sebagai kendaraan Dewa Mahadewa.
- Grha Wayabhya merupakan Grha yang mengambil filosofi dari Dewa Sangkara dengan arah mata angin barat laut dan warna dasar hijau yang berlambangkan Singa sebagai Kendaraan Dewa Sangkara.
- Grha Madhya merupakan Grha yang mengambil filosofi dari Dewa Siwa dengan arah mata anginnya berada di tengah (poros atau pusat dari semua arah mata angin) dengan warna yang mencangkup semua warna/panca warna dengan berlambangkan Lembu sebagai kendaraan Dewa Siwa.
- Grha Purwa, merupakan Grha yang mengambil filosofi dari Dewa Iswara dengan arah mata angin timur yang berlambangkan Gajah sebagai kendaraan dari Dewa Iswara.
Anggota Grha dibentuk dari peserta didik yang berasal dari beberapa kabupaten/kotamadya se-Provinsi Bali. Tugas Mata dan Pita adalah membimbing dan menfasilitasi anggota Grha-nya (anak-anak asuhnya). Pita dan Mata juga menjadi garda terdepan dalam menjalin komunikasi dengan orang tua peserta didik di rumah. Kerja sama yang baik
antara pihak sekolah dan orang tua tersebut dapat membantu pengembangan potensi peserta didik secara maksimal.
Sistem kakak dan adik asuh yang terdapat dalam Grha juga bersumbangsih dalam membantu permasalahan para peserta didik, seperti masalah peserta didik yang kesulitan beradaptasi di lingkungan asrama, masalah keluarga, pelajaran, dan lain sebagainya. Kakak asuh diharapkan bisa mendampingi, membimbing, dan menjadi konselor sebaya bagi adik asuhnya.
Sistem Grha memiliki program yang disusun oleh setiap Grha dengan memiliki jadwal rutin untuk berkumpul bersama. Setiap hari Jumat, masing-masing Grha mengadakan pertemuan (gathering). Kumpul Grha adalah momen yang cukup vital, karena dalam kumpul Grha tersebut, banyak hal yang bisa dilakukan seperti makan bersama, sharing bersama, bercanda gurau, dan berbagai agenda lainnya yang dapat memupuk kekompakan dan rasa kekeluargaan. Dalam kumpul Grha, para peserta didik dapat bertukar cerita dan pengalaman selama seminggu terakhir beraktivitas. Yang paling esensial dalam momen kumpul Grha adalah ditemukannya solusi dari berbagai masalah sehari-hari dalam Grha yang dipecahkan bersama oleh anggota Grha. Tidak hanya hari Jumat, sebenarnya Grha juga bisa berkumpul setiap waktu jika dipandang perlu oleh anggota Grha-nya. Bahkan, Pita dan Mata selalu memantau perilaku dan perkembangan sikap anak asuhnya, baik dalam proses pembelajaran melalui Wali Kelas maupun kehidupan di asrama melalui Kepala Asrama dan Stafnya.